Rabu, 27 Agustus 2014

Sahabatku, Engkaulah Yang Terbaik Bagiku …..

Kulihat mendung membayangi pancaran wajahmu
Tak terbiasa ku dapati terdiam mendura
Apa gerangan bergemuruh di ruang benakmu
Sekilas galau mata ingin berbagi cerita
Kudatang sahabat bagi jiwa
Saat batin merintih
Usah kau lara sendiri
Masih ada asa tersisa
Letakkanlah tanganmu di atas bahuku
Biar terbagi beban itu dan tegar dirimu
Di depan sana cahya kecil tuk memandu
Tak hilang arah kita berjalan menghadapinya

Saudaraku ….
Begitu indah dan menyentuh hati untaian kata yang terangkai dalam bait lagu di atas. Terbersit keharuan dalam dada ini, ketika aku menghayatinya sebagai sebuah kisah persahabatan sejati antara dua anak manusia. Karena di sana kutemukan pancaran keikhlasan. Kudapatkan seberkas sinar ketulusan. Dan ada keindahan dari sebuah jalinan persahabatan yang sangat mendalam. Sebuah hubungan yang didasari bukan karena ada kepentingan yang tersembunyi di baliknya. Sebuah hubungan yang … kurasa semua orang mendambakannya.

Saudaraku ….
Sungguh, kehadiran seseorang yang lain dalam hari-hari kita menempuhi jalan di medan kehidupan ini adalah suatu kemestian. Semua orang tidak bisa menyangkal dan menolaknya. Adalah mustahil manusia akan bisa bertahan hidup tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain di sisinya. Dan inilah sunnatullah. Namun, yang kita hadapi di sini bukanlah permasalahan butuh dan tidaknya manusia kepada manusia yang lain, karena hal ini sudah jelas adanya. Bahwa manusia memerlukan orang lain, dan tidak bisa hidup tanpanya. Persoalannya lebih pada siapa saja atau orang macam apa yang sekiranya pantas untuk kita jadikan sebagai teman atau sahabat kita.

Saudaraku …..
Bahwasanya tujuan yang ingin kita capai dalam dunia ini sudah jelas dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Keridhaan Allah menjadi satu cita-cita yang tidak boleh terhapuskan oleh tujuan yang lain. Dalam mencapai tujuan tersebut, ada banyak rintangan, ujian dan fitnah yang bisa menyimpangkan kita dari tujuan semula manakala kita tidak waspada dan memperhatikan rambu-rambu yang telah dibuat oleh Allah. Perjalanan kita menapaki jalan ke tempat tujuan yang hendak kita capai, yang terkadang penuh liku dan duri serta panjang membentang, akan terasa lebih mudah manakala kita berjalan beriringan dengan sahabat-sahabat kita. Sebagai teman bercerita, sebagai penunjuk jalan, sebagai pengingat rambu-rambu yang kita lupakan.

Saudaraku …..
Seorang sahabat, akan bisa memudahkan langkah kita dalam menggapai cita-cita kita. Seorang sahabat juga bisa menyeret kita menjauhi dan menggagalkan kita dari Al Ghayah. Untuk itulah, kemampuan kita dalam mencari dan menyeleksi orang-orang yang bisa dijadikan sebagai sahabat menjadi salah satu penentu keberhasilan kita mencapai tujuan hidup. Orang yang selalu hidup bersama kita, menghabiskan hari-harinya untuk menemani kesendirian kita, bukanlah jaminan bahwa ia bisa menjadi sahabat sejati, karena bisa jadi di balik itu semua ada sesuatu yang ingin didapatnya dari kita. Bukan berarti kita harus selalu curiga kepada orang-orang di sekitar kita, yang nanti malah akan menimbulkan benih-benih kebencian. Hanya saja, kita harus mengingat firman Allah dalam Qs. Az Zukhruf ayat 67 “ Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa.” Lalu, bagaimana kita bisa melihat seseorang itu bisa kita jadikan sebagai sahabat dekat kita?

Saudaraku ……
Rasulullah telah memerintahkan kita untuk bersikap selektif dalam memilih teman. Beliau mengibaratkan teman yang baik sebagaimana seorang penjual minyak wangi. Kita akan membeli minyak wangi darinya, atau dia akan memberikan kita minyak wangi itu, atau paling tidak kita akan ikut mencium dan mendapatkan aromanya. Dan Rasulullah mengibaratkan teman yang jelek itu bagaikan kita berkawan dengan seorang pandai besi. Kita akan terkena bau dan asapnya, atau terpercik apinya. Jadi, orang yang bisa dijadikan sebagai teman seperjuangan kita adalah orang yang selalu menebarkan kebaikan dan keshalihan yang dimilikinya, sehingga kita akan ikut terwarnai oleh keindahan akhlaknya. Sedangkan orang yang tidak layak untuk kita jadikan teman adalah orang yang berakhlak buruk, yang bisa menularkan keburukannya kepada kita.
Imam Ali Ra memberikan nasihat yang sangat berharga kepada putranya Al Hasan menjelang ajalnya, yang bisa kita jadikan pedoman dalam memilih teman.
“..janganlah engkau bersahabat dengan orang bodoh, karena ia akan memanfaatkan dirimu demi bahayamu. Janganlah engkau bersahabat dengan seorang pendusta, karena ia akan mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat kepadamu. Janganlah engkau bersahabat dengan orang yang bakhil, karena ia akan mengabaikan kamu saat kau membutuhkannya. Dan janganlah engkau bergaul dengan orang yang suka melakukan dosa, karena ia akan menjual dirimu dengan harga yang murah.”

Saudaraku ……
Seorang sahabat yang baik, bukan orang yang membiarkan kita melakukan apa saja yang kita sukai. Atau memberikan segala yang kita inginkan. Bukan pula orang yang diam saja ketika kita melakukan sebuah kesalahan dan dosa, dengan alasan cinta dan kasihnya kepada kita. Rasulullah saw pernah bersabda “sebaik-baik sahabat adalah orang yang apabila engkau melihatnya, menjadikanmu mengingat Allah …”
Duhai ….Adakah engkau orangnya saudaraku, sebaik-baiknya sahabat yang kumiliki ?
Dan juga, apakah aku telah menjadi sebaik-baiknya sahabat bagimu, wahai saudaraku ?

Saudaraku yang selalu dalam naungan-Nya insya Allah …..
Betapa indahnya persahabatan yang dijalin dengan sepenuh hati, dengan ketulusan jiwa. Betapa bahagianya bila orang-orang di sekitar kita bisa menjadi sahabat yang terbaik. Yang mendengar jeritan batin kita. Yang mendekat manakala yang lain menjauh. Yang memberi semangat di saat kita hampir putus harapan. Yang menyediakan bahunya untuk berbagi beban. Yang selalu mengingatkan segala kealpaan yang kita lakukan. Yang senantiasa mengajak kita mengerjakan kebaikan dan menjauhi segala kemungkaran.

Ya Rabbi ….
Kokohkan dan kekalkan jalinan persaudaraan ini. Kuatkan simpul kebersamaan, dan tautkanlah hati-hati kami. Datangkanlah kepada kami manusia-manusia terbaik yang bisa kami jadikan sebagai sahabat dan saudara kami. Yang selalu mengingatkan kami untuk tetap istiqamah meniti jalan-Mu, mengusung panji al Islam dan menyuarakan kebenaran.
Sahabatku …..engkaulah yang terbaik bagiku.

Suatu Pagi di Jenawi



Lihatlah kabut yang menyaput, kawan
Di sana ….
Menelusup di antara rimbunnya perkebunan teh yang menghijau
Di atas perbukitan Jenawi, lereng gunung Lawu
Pandangilah, tataplah dan pahamilah
keinginannya
Yang tersimpan dalam diamnya
Engkau akan tahu dari sejuknya
Dan juga lembutnya
Yang menyentuh tubuhmu
Dan mencoba merasuk ke dalam hatimu
Benar …… ia ingin bersahabat denganmu

Dengarlah bisik angin di pagi ini, kawan
Yang merdu
Menyanyikan senandung kedamaian
Dan simfoni kehidupan
Dengarlah, resapilah dan hayatilah
Untaian syairnya
Engkau akan tahu dari hembusan semilirnya
Dan desahnya dedaunan
yang bahagia menyambut sang mentari
dan juga …. jiwa-jiwa yang kembali fitri



Met Idul Fitri  1 Syawal 1425 H, taqabbalallaahu minna wa minkum, minal aidin wal faidzin. Mohon maaf lahir batin.
Meski udah bukan PH JADDA, ukhuwah tetap dijaga. Ocee ??
 

Senin, 25 Agustus 2014

Bila Dua Hati Dah Terjalin ...


Bila dua hati dah terjalin
Selamatlah pengantin kami doakan
Moga ridha Allah bersinar selalu
Tanda bermula bahtera hidup
Dalam melayari bahtera rumah tangga
Ada rasa kesal dan rasa gelisah
Jangan nafsu diikut melulu
Sabar dan kemaafan itu perlu
……………………………………………………………..
Saudaraku ……….
Entah apa yang harus kutuliskan dalam lembaran ini untuk melukiskan perasaan yang ada dalam hatiku. Bahagia, bangga, dan juga tak percaya. Bahagia, karena engkau kini telah mendapatkannya, “bidadari’ pujaan hatimu. Seorang kawan yang akan menemani hari-harimu dalam melayari bahtera kehidupan. Seorang kawan yang akan senantiasa menyertai langkah-langkahmu. Kawan untuk berbagi rasa denganmu. Senangmu adalah senangnya, sedihmu adalah sedihnya, sukamu adalah sukanya, dukamu adalah dukanya. Ia kan selalu ada di sisimu untuk bersama-sama mencoba membangun peradaban baru. Bangga, karena engkau berani ‘melawan’ paradigma  yang selama ini ada. Bangga, karena engkau telah berhasil menggenapkan separuh agamamu. Tak percaya, karena rasanya baru kemarin kita bersama, dan aku tahu engkau belum begitu dewasa (he...he…).
Saudaraku ………..
Kini engkau telah memasuki sebuah dunia baru yang berbeda dengan duniamu selama ini, dunia ‘para lajang’. Engkau telah memasuki dunia baru yang penuh dinamika dan penuh warna. Ya, pernikahan. Itulah nama dunia baru tersebut. Sebuah dunia yang sebenarnya, yang merupakan pintu masuk ke dalam kehidupan bermasyarakat. Eksistensi kita sebagai manusia akan lebih diakui masyarakat bila kita telah memasukinya. Dan engkau telah berhasil melakukannya.  Dunia yang memerlukan persiapan matang untuk melangkah ke dalamnya. Tidak hanya persiapan fisik dan materi, tapi juga persiapan mental dan spiritual.
Saudaraku …………
Pernikahan, bukanlah hanya pertemuan lahiriyah dua manusia dengan karakter yang sama, tapi ia merupakan pertemuan lahiriyah dan batiniyah dua insan berbeda jenis dengan beragam sifat dan karakter, pertemuan dua keluarga besar dengan perbedaan latar belakang. Sehingga peluang munculnya duri-duri dan kerikil tajam yang akan mengganggu nikmatnya perjalanan kalian juga terbuka lebar. Oleh karenanya, diperlukan kesabaran, keikhlasan dan pemahaman yang mendalam akan makna dari pernikahan. Bila nanti riak-riak  gelombang dan badai mulai deras melanda, perlu kiranya engkau menengok kembali tujuan awal dari pernikahan yang engkau bina.
Saudaraku ………….
Pernikahan bukanlah perjalanan wisata, yang hanya akan melalui taman indah penuh bunga berwarna-warni dengan kupu-kupu cantik beterbangan mengitari kuntumnya yang mekar merona. Bukan pula mengayuh sampan di telaga bening dengan airnya yang mengalir tenang.
Lebih dari itu, pernikahan merupakan perjuangan yang terkadang mesti melewati jalanan menanjak, sempit dan berliku tajam, di kanan kirinya jurang terjal yang setiap saat bisa membuat kita tergelincir bila tidak waspada. Pernikahan ibarat pelayaran di samudera luas menuju pulau harapan. Tidak selamanya ombaknya tenang, bintang gemintang terang bersinar, angin bertiup lembut menyejukkan. Ada masanya langit kelam tertutup awan menghitam, badai topan menerjang, ombak bergulung menghempaskan bahtera, hujan deras melanda diserta kilatan petir yang menyambar dan gemuruh suara guntur yang memekakkan telinga. Di saat itulah, kesabaran, ketabahan, kesungguhan dan komitmen kita sedang diuji. Tidak bisa semuanya itu dihadapi seorang diri. Tapi, diperlukan kerjasama dan saling pengertian di antara kalian berdua.
Saudaraku …………         
Satu hal yang tidak bisa engkau abaikan untuk menjaga keharmonisan dalam rumah tangga adalah komunikasi yang mesti terjalin dengan baik. Karena inilah kunci keharmonisan. Semua problema yang ada tidak akan pernah menjelma menjadi karang penghalang eratnya hubungan kalian. Keseriusanmu dalam menggapai cita tidak harus menghilangkan keindahan canda, Banyak permasalahan yang bisa diselesaikan dengan hati yang gembira karena canda, sebab pangkal persoalan sebenarnya adalah kurangnya komunikasi dan cara yang keliru dalam penyikapannya.
Saudaraku …………..
Pernikahan merupakan sarana untuk saling memperbaiki diri. Saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Saling menolong dalam mengerjakan kebaikan. Saling memperingatkan bila ada yang berbuat kealpaan. Sebab itulah, di saat kawan hidupmu tergelincir, segeralah engkau genggam erat jemarinya, sediakanlah bahumu untuk dijadikan sandaran, dan dengarkanlah bisik hatinya, tataplah bola matanya. Dan ucapkanlah sesuatu yang menyejukkan perasaannya. Tidak perlu malu untuk berpuitis-ria dan mengucapkan kata-kata yang romantis. Karena ini bukanlah hal yang tabu, dan bukan merupakan kelemahan kepribadian. Tapi ini satu bentuk kelembutan dalam diri yang bisa memenuhi kebutuhan akan rasa keindahan.
Saudaraku …………..
Tidak ada salahnya jika sekali waktu engkau bersikap lembut dan kekanak-kanakan. Jadilah engkau seperti anak kecil dihadapan istrimu, demikian kata sahabat umar ra. Karena ini akan semakin menambah kedekatan hati dengan belahan jiwamu. Kelembutan, tidak identik dengan kelemahan. Kelembutan akan menghasilkan sesuatu yang tidak dapat diraih dengan kekerasan. Karena itu, hadapilah segala permasalahan yang muncul dengan hati tenang. Siramlah api cemburu yang mungkin berkobar dengan air kejernihan hati. Redamlah marah tanpa sebab dengan mengingat segala kebaikannya.
Saudaraku ………………..
Sekali lagi, di hari yang bahagia ini, ijinkan aku sekedar mengucapkan “Baarakallaahu laka wabaaraka ‘alaika wajama’a bainakumaa fii khair”. Selamat memasuki dunia baru itu. Doaku kan selalu menyertai langkah kalian berdua. Dan kini, kau telah berhak untuk menyenandungkan nasyid ini:
            Kini berpadulah dua hati dalam mahligai cinta
            Ikatan nan agung sempurna sebagian agama
            Allah telah menghalalkanmu menjadi pendamping bagiku
           Dan kaupun tlah mengikhlaskanku menjadi pendampingmu