Tak terbiasa ku dapati
terdiam mendura
Apa gerangan bergemuruh di
ruang benakmu
Sekilas galau mata ingin
berbagi cerita
Kudatang
sahabat bagi jiwa
Saat
batin merintih
Usah
kau lara sendiri
Masih
ada asa tersisa
Letakkanlah tanganmu di atas
bahuku
Biar terbagi beban itu dan
tegar dirimu
Di depan sana cahya kecil tuk memandu
Tak hilang arah kita
berjalan menghadapinya
Saudaraku
….
Begitu
indah dan menyentuh hati untaian kata yang terangkai dalam bait lagu di atas. Terbersit
keharuan dalam dada ini, ketika aku menghayatinya sebagai sebuah kisah
persahabatan sejati antara dua anak manusia. Karena di sana kutemukan pancaran keikhlasan.
Kudapatkan seberkas sinar ketulusan. Dan ada keindahan dari sebuah jalinan
persahabatan yang sangat mendalam. Sebuah hubungan yang didasari bukan karena
ada kepentingan yang tersembunyi di baliknya. Sebuah hubungan yang … kurasa
semua orang mendambakannya.
Saudaraku
….
Sungguh,
kehadiran seseorang yang lain dalam hari-hari kita menempuhi jalan di medan kehidupan ini
adalah suatu kemestian. Semua orang tidak bisa menyangkal dan menolaknya.
Adalah mustahil manusia akan bisa bertahan hidup tanpa membutuhkan kehadiran
manusia lain di sisinya. Dan inilah sunnatullah. Namun, yang kita hadapi di sini
bukanlah permasalahan butuh dan tidaknya manusia kepada manusia yang lain,
karena hal ini sudah jelas adanya. Bahwa manusia memerlukan orang lain, dan
tidak bisa hidup tanpanya. Persoalannya lebih pada siapa saja atau orang macam
apa yang sekiranya pantas untuk kita jadikan sebagai teman atau sahabat kita.
Saudaraku
…..
Bahwasanya
tujuan yang ingin kita capai dalam dunia ini sudah jelas dan tidak bisa
ditawar-tawar lagi. Keridhaan Allah menjadi satu cita-cita yang tidak boleh
terhapuskan oleh tujuan yang lain. Dalam mencapai tujuan tersebut, ada banyak
rintangan, ujian dan fitnah yang bisa menyimpangkan kita dari tujuan semula
manakala kita tidak waspada dan memperhatikan rambu-rambu yang telah dibuat oleh
Allah. Perjalanan kita menapaki jalan ke tempat tujuan yang hendak kita capai,
yang terkadang penuh liku dan duri serta panjang membentang, akan terasa lebih
mudah manakala kita berjalan beriringan dengan sahabat-sahabat kita. Sebagai
teman bercerita, sebagai penunjuk jalan, sebagai pengingat rambu-rambu yang
kita lupakan.
Saudaraku
…..
Seorang
sahabat, akan bisa memudahkan langkah kita dalam menggapai cita-cita kita.
Seorang sahabat juga bisa menyeret kita menjauhi dan menggagalkan kita dari Al Ghayah. Untuk itulah, kemampuan kita
dalam mencari dan menyeleksi orang-orang yang bisa dijadikan sebagai sahabat
menjadi salah satu penentu keberhasilan kita mencapai tujuan hidup. Orang yang
selalu hidup bersama kita, menghabiskan hari-harinya untuk menemani kesendirian
kita, bukanlah jaminan bahwa ia bisa menjadi sahabat sejati, karena bisa jadi
di balik itu semua ada sesuatu yang ingin didapatnya dari kita. Bukan berarti
kita harus selalu curiga kepada orang-orang di sekitar kita, yang nanti malah
akan menimbulkan benih-benih kebencian. Hanya saja, kita harus mengingat firman
Allah dalam Qs. Az Zukhruf ayat 67 “ Teman-teman
akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali
orang-orang yang bertaqwa.” Lalu, bagaimana kita bisa melihat seseorang itu
bisa kita jadikan sebagai sahabat dekat kita?
Saudaraku
……
Rasulullah
telah memerintahkan kita untuk bersikap selektif dalam memilih teman. Beliau
mengibaratkan teman yang baik sebagaimana seorang penjual minyak wangi. Kita
akan membeli minyak wangi darinya, atau dia akan memberikan kita minyak wangi
itu, atau paling tidak kita akan ikut mencium dan mendapatkan aromanya. Dan Rasulullah
mengibaratkan teman yang jelek itu bagaikan kita berkawan dengan seorang pandai
besi. Kita akan terkena bau dan asapnya, atau terpercik apinya. Jadi, orang
yang bisa dijadikan sebagai teman seperjuangan kita adalah orang yang selalu
menebarkan kebaikan dan keshalihan yang dimilikinya, sehingga kita akan ikut
terwarnai oleh keindahan akhlaknya. Sedangkan orang yang tidak layak untuk kita
jadikan teman adalah orang yang berakhlak buruk, yang bisa menularkan
keburukannya kepada kita.
Imam
Ali Ra memberikan nasihat yang sangat berharga kepada putranya Al Hasan
menjelang ajalnya, yang bisa kita jadikan pedoman dalam memilih teman.
“..janganlah engkau
bersahabat dengan orang bodoh, karena ia akan memanfaatkan dirimu demi
bahayamu. Janganlah engkau bersahabat dengan seorang pendusta, karena ia akan
mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat kepadamu. Janganlah engkau
bersahabat dengan orang yang bakhil, karena ia akan mengabaikan kamu saat kau
membutuhkannya. Dan janganlah engkau bergaul dengan orang yang suka melakukan
dosa, karena ia akan menjual dirimu dengan harga yang murah.”
Saudaraku
……
Seorang
sahabat yang baik, bukan orang yang membiarkan kita melakukan apa saja yang
kita sukai. Atau memberikan segala yang kita inginkan. Bukan pula orang yang
diam saja ketika kita melakukan sebuah kesalahan dan dosa, dengan alasan cinta
dan kasihnya kepada kita. Rasulullah saw pernah bersabda “sebaik-baik sahabat adalah orang yang apabila engkau melihatnya,
menjadikanmu mengingat Allah …”
Duhai
….Adakah engkau orangnya saudaraku, sebaik-baiknya sahabat yang kumiliki ?
Dan
juga, apakah aku telah menjadi sebaik-baiknya sahabat bagimu, wahai saudaraku ?
Saudaraku
yang selalu dalam naungan-Nya insya Allah …..
Betapa
indahnya persahabatan yang dijalin dengan sepenuh hati, dengan ketulusan jiwa.
Betapa bahagianya bila orang-orang di sekitar kita bisa menjadi sahabat yang
terbaik. Yang mendengar jeritan batin kita. Yang mendekat manakala yang lain
menjauh. Yang memberi semangat di saat kita hampir putus harapan. Yang
menyediakan bahunya untuk berbagi beban. Yang selalu mengingatkan segala
kealpaan yang kita lakukan. Yang senantiasa mengajak kita mengerjakan kebaikan
dan menjauhi segala kemungkaran.
Ya
Rabbi ….
Kokohkan
dan kekalkan jalinan persaudaraan ini. Kuatkan simpul kebersamaan, dan
tautkanlah hati-hati kami. Datangkanlah kepada kami manusia-manusia terbaik
yang bisa kami jadikan sebagai sahabat dan saudara kami. Yang selalu
mengingatkan kami untuk tetap istiqamah meniti jalan-Mu, mengusung panji al
Islam dan menyuarakan kebenaran.
Sahabatku
…..engkaulah yang terbaik bagiku.

