Pada jejak langkah empat kaki kuda,
ada cinta disana.
Tumbuh tanpa
kata sengaja, mendenyutkan kefanaan usia.
Menjebakkan,
dalam dunia tanpa peta.
Beginikah cara
hidup, memaksakan diri, dalam tanah ruhani.
Sungguh ... tak
tahu lagi, dimana tempat berdiri.
Puisi ini
merupakan curahan hati seorang anak manusia.
keesokan
harinya, dia kirim sms lagi.
Rumah tua itu,
esok tadi tlah dibongkar.
Malam ini, aku
ingin berkata ”menyesal tak sempat mengajakmu kesana”.
Sungguh, ia
adalah magnet besar dalam hidupku,
Yang selalu
bicara tentang cita...
Aku ingin benar
melihatnya bercerita padamu,
Tentang
pengembaraan abadi,
Dalam lintasan kehidupanku.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar