Rabu, 23 Januari 2013

Yuk, Menulis Diary…


Pada tahun 1951 M. ada seorang tamu yang berkunjung ke pejabat cabang di Rashafah. Ketika saya sambut kedatangannya dan saya tanyakan namanya, ia menjawab, "Muhammad Syakir Gharbawi." Saya bertanya, "Dari Ismailia?" Ia menjawab, "Ya. Anda tahu?" Saya berkata, "Sebentar." Lalu saya mengeluarkan buku catatan dari laci meja, di situ tercatat bahawa pada tahun 1936 M. ada seorang pemuda utusan Ustadz Hasan Al-Banna yang bernama Muhammad Syakir Gharbawi datang ke Rasyid dalam rangka mengumpulkan dana untuk kaum mujahidin Palestina. Tatkala target yang telah dicanangkan tidak terpenuhi, pemuda itu menangis. Ketika Muhammad Gharbawi mengetahui isi catatan itu, ia langsung menangis dan berkata, "Demi Allah, saya tidak menyangka kalau kejadian itu bisa terkenang setelah waktu berlalu begitu lama."

Begitulah sepenggal kisah yang ditulis oleh syeikh Abbas As Syisi dalam bukunya Bagaimana Menyentuh Hati. Beragam cara yang dapat dilakukan untuk menjalin komunikasi dengan orang lain, yang diharapkan nantinya bisa menjadi pintu masuk untuk mengenalkan dakwah kepada orang lain tertuang dalam buku tersebut. Salah satu hal yang menarik bagiku adalah kisah di atas.
Ya, secara fitrah seseorang akan merasa sangat tersanjung ketika ada orang lain yang belum kita kenal tetapi dia telah mengetahui nama dan asal usul kita & mengingat sesuatu tentang diri kita. Kita akan merasa begitu berharga karena orang lain mau menyimpan nama dan peristiwa yang kita alami dalam memori mereka yang mungkin sebenarnya sudah cukup penuh untuk menyimpan hal-hal lain yang jauh lebih penting dalam kehidupan mereka. Dalam kondisi seperti ini, biasanya akan muncul rasa respek kita terhadap orang tersebut. Kita akan lebih memperhatikan apa yang dia katakan karena kita ingin membalas segala perhatiannya kepada kita. Akan muncul perasaan tidak enak apabila kita menolak ajakannya, apalagi ajakan tersebut ajakan untuk berbuat kebaikan.
Inilah salah satu alasan mengapa kita harus mulai membiasakan diri menulis buku harian atau diary. Kita tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan ingatan kita, karena bertambah hari, bertambah usia, masalah yang kita hadapi semakin banyak, tetapi fungsi otak untuk menyimpan memori semakin berkurang.
Selain itu, dengan adanya buku harian, kita akan bisa menengok kembali peristiwa-peristiwa lampau yang mungkin bisa menjadi inspirasi ketika kita sedang menghadapi masalah atau sedang bĂȘte. Bisa menjadi bahan evaluasi, serta menjadi penyemangat ketika sedang lemah..,
So, ayo kita mulai membiasakan diri dari sekarang untuk menulis buku harian…