Rabu, 27 Agustus 2014

Sahabatku, Engkaulah Yang Terbaik Bagiku …..

Kulihat mendung membayangi pancaran wajahmu
Tak terbiasa ku dapati terdiam mendura
Apa gerangan bergemuruh di ruang benakmu
Sekilas galau mata ingin berbagi cerita
Kudatang sahabat bagi jiwa
Saat batin merintih
Usah kau lara sendiri
Masih ada asa tersisa
Letakkanlah tanganmu di atas bahuku
Biar terbagi beban itu dan tegar dirimu
Di depan sana cahya kecil tuk memandu
Tak hilang arah kita berjalan menghadapinya

Saudaraku ….
Begitu indah dan menyentuh hati untaian kata yang terangkai dalam bait lagu di atas. Terbersit keharuan dalam dada ini, ketika aku menghayatinya sebagai sebuah kisah persahabatan sejati antara dua anak manusia. Karena di sana kutemukan pancaran keikhlasan. Kudapatkan seberkas sinar ketulusan. Dan ada keindahan dari sebuah jalinan persahabatan yang sangat mendalam. Sebuah hubungan yang didasari bukan karena ada kepentingan yang tersembunyi di baliknya. Sebuah hubungan yang … kurasa semua orang mendambakannya.

Saudaraku ….
Sungguh, kehadiran seseorang yang lain dalam hari-hari kita menempuhi jalan di medan kehidupan ini adalah suatu kemestian. Semua orang tidak bisa menyangkal dan menolaknya. Adalah mustahil manusia akan bisa bertahan hidup tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain di sisinya. Dan inilah sunnatullah. Namun, yang kita hadapi di sini bukanlah permasalahan butuh dan tidaknya manusia kepada manusia yang lain, karena hal ini sudah jelas adanya. Bahwa manusia memerlukan orang lain, dan tidak bisa hidup tanpanya. Persoalannya lebih pada siapa saja atau orang macam apa yang sekiranya pantas untuk kita jadikan sebagai teman atau sahabat kita.

Saudaraku …..
Bahwasanya tujuan yang ingin kita capai dalam dunia ini sudah jelas dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Keridhaan Allah menjadi satu cita-cita yang tidak boleh terhapuskan oleh tujuan yang lain. Dalam mencapai tujuan tersebut, ada banyak rintangan, ujian dan fitnah yang bisa menyimpangkan kita dari tujuan semula manakala kita tidak waspada dan memperhatikan rambu-rambu yang telah dibuat oleh Allah. Perjalanan kita menapaki jalan ke tempat tujuan yang hendak kita capai, yang terkadang penuh liku dan duri serta panjang membentang, akan terasa lebih mudah manakala kita berjalan beriringan dengan sahabat-sahabat kita. Sebagai teman bercerita, sebagai penunjuk jalan, sebagai pengingat rambu-rambu yang kita lupakan.

Saudaraku …..
Seorang sahabat, akan bisa memudahkan langkah kita dalam menggapai cita-cita kita. Seorang sahabat juga bisa menyeret kita menjauhi dan menggagalkan kita dari Al Ghayah. Untuk itulah, kemampuan kita dalam mencari dan menyeleksi orang-orang yang bisa dijadikan sebagai sahabat menjadi salah satu penentu keberhasilan kita mencapai tujuan hidup. Orang yang selalu hidup bersama kita, menghabiskan hari-harinya untuk menemani kesendirian kita, bukanlah jaminan bahwa ia bisa menjadi sahabat sejati, karena bisa jadi di balik itu semua ada sesuatu yang ingin didapatnya dari kita. Bukan berarti kita harus selalu curiga kepada orang-orang di sekitar kita, yang nanti malah akan menimbulkan benih-benih kebencian. Hanya saja, kita harus mengingat firman Allah dalam Qs. Az Zukhruf ayat 67 “ Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa.” Lalu, bagaimana kita bisa melihat seseorang itu bisa kita jadikan sebagai sahabat dekat kita?

Saudaraku ……
Rasulullah telah memerintahkan kita untuk bersikap selektif dalam memilih teman. Beliau mengibaratkan teman yang baik sebagaimana seorang penjual minyak wangi. Kita akan membeli minyak wangi darinya, atau dia akan memberikan kita minyak wangi itu, atau paling tidak kita akan ikut mencium dan mendapatkan aromanya. Dan Rasulullah mengibaratkan teman yang jelek itu bagaikan kita berkawan dengan seorang pandai besi. Kita akan terkena bau dan asapnya, atau terpercik apinya. Jadi, orang yang bisa dijadikan sebagai teman seperjuangan kita adalah orang yang selalu menebarkan kebaikan dan keshalihan yang dimilikinya, sehingga kita akan ikut terwarnai oleh keindahan akhlaknya. Sedangkan orang yang tidak layak untuk kita jadikan teman adalah orang yang berakhlak buruk, yang bisa menularkan keburukannya kepada kita.
Imam Ali Ra memberikan nasihat yang sangat berharga kepada putranya Al Hasan menjelang ajalnya, yang bisa kita jadikan pedoman dalam memilih teman.
“..janganlah engkau bersahabat dengan orang bodoh, karena ia akan memanfaatkan dirimu demi bahayamu. Janganlah engkau bersahabat dengan seorang pendusta, karena ia akan mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat kepadamu. Janganlah engkau bersahabat dengan orang yang bakhil, karena ia akan mengabaikan kamu saat kau membutuhkannya. Dan janganlah engkau bergaul dengan orang yang suka melakukan dosa, karena ia akan menjual dirimu dengan harga yang murah.”

Saudaraku ……
Seorang sahabat yang baik, bukan orang yang membiarkan kita melakukan apa saja yang kita sukai. Atau memberikan segala yang kita inginkan. Bukan pula orang yang diam saja ketika kita melakukan sebuah kesalahan dan dosa, dengan alasan cinta dan kasihnya kepada kita. Rasulullah saw pernah bersabda “sebaik-baik sahabat adalah orang yang apabila engkau melihatnya, menjadikanmu mengingat Allah …”
Duhai ….Adakah engkau orangnya saudaraku, sebaik-baiknya sahabat yang kumiliki ?
Dan juga, apakah aku telah menjadi sebaik-baiknya sahabat bagimu, wahai saudaraku ?

Saudaraku yang selalu dalam naungan-Nya insya Allah …..
Betapa indahnya persahabatan yang dijalin dengan sepenuh hati, dengan ketulusan jiwa. Betapa bahagianya bila orang-orang di sekitar kita bisa menjadi sahabat yang terbaik. Yang mendengar jeritan batin kita. Yang mendekat manakala yang lain menjauh. Yang memberi semangat di saat kita hampir putus harapan. Yang menyediakan bahunya untuk berbagi beban. Yang selalu mengingatkan segala kealpaan yang kita lakukan. Yang senantiasa mengajak kita mengerjakan kebaikan dan menjauhi segala kemungkaran.

Ya Rabbi ….
Kokohkan dan kekalkan jalinan persaudaraan ini. Kuatkan simpul kebersamaan, dan tautkanlah hati-hati kami. Datangkanlah kepada kami manusia-manusia terbaik yang bisa kami jadikan sebagai sahabat dan saudara kami. Yang selalu mengingatkan kami untuk tetap istiqamah meniti jalan-Mu, mengusung panji al Islam dan menyuarakan kebenaran.
Sahabatku …..engkaulah yang terbaik bagiku.

Suatu Pagi di Jenawi



Lihatlah kabut yang menyaput, kawan
Di sana ….
Menelusup di antara rimbunnya perkebunan teh yang menghijau
Di atas perbukitan Jenawi, lereng gunung Lawu
Pandangilah, tataplah dan pahamilah
keinginannya
Yang tersimpan dalam diamnya
Engkau akan tahu dari sejuknya
Dan juga lembutnya
Yang menyentuh tubuhmu
Dan mencoba merasuk ke dalam hatimu
Benar …… ia ingin bersahabat denganmu

Dengarlah bisik angin di pagi ini, kawan
Yang merdu
Menyanyikan senandung kedamaian
Dan simfoni kehidupan
Dengarlah, resapilah dan hayatilah
Untaian syairnya
Engkau akan tahu dari hembusan semilirnya
Dan desahnya dedaunan
yang bahagia menyambut sang mentari
dan juga …. jiwa-jiwa yang kembali fitri



Met Idul Fitri  1 Syawal 1425 H, taqabbalallaahu minna wa minkum, minal aidin wal faidzin. Mohon maaf lahir batin.
Meski udah bukan PH JADDA, ukhuwah tetap dijaga. Ocee ??
 

Senin, 25 Agustus 2014

Bila Dua Hati Dah Terjalin ...


Bila dua hati dah terjalin
Selamatlah pengantin kami doakan
Moga ridha Allah bersinar selalu
Tanda bermula bahtera hidup
Dalam melayari bahtera rumah tangga
Ada rasa kesal dan rasa gelisah
Jangan nafsu diikut melulu
Sabar dan kemaafan itu perlu
……………………………………………………………..
Saudaraku ……….
Entah apa yang harus kutuliskan dalam lembaran ini untuk melukiskan perasaan yang ada dalam hatiku. Bahagia, bangga, dan juga tak percaya. Bahagia, karena engkau kini telah mendapatkannya, “bidadari’ pujaan hatimu. Seorang kawan yang akan menemani hari-harimu dalam melayari bahtera kehidupan. Seorang kawan yang akan senantiasa menyertai langkah-langkahmu. Kawan untuk berbagi rasa denganmu. Senangmu adalah senangnya, sedihmu adalah sedihnya, sukamu adalah sukanya, dukamu adalah dukanya. Ia kan selalu ada di sisimu untuk bersama-sama mencoba membangun peradaban baru. Bangga, karena engkau berani ‘melawan’ paradigma  yang selama ini ada. Bangga, karena engkau telah berhasil menggenapkan separuh agamamu. Tak percaya, karena rasanya baru kemarin kita bersama, dan aku tahu engkau belum begitu dewasa (he...he…).
Saudaraku ………..
Kini engkau telah memasuki sebuah dunia baru yang berbeda dengan duniamu selama ini, dunia ‘para lajang’. Engkau telah memasuki dunia baru yang penuh dinamika dan penuh warna. Ya, pernikahan. Itulah nama dunia baru tersebut. Sebuah dunia yang sebenarnya, yang merupakan pintu masuk ke dalam kehidupan bermasyarakat. Eksistensi kita sebagai manusia akan lebih diakui masyarakat bila kita telah memasukinya. Dan engkau telah berhasil melakukannya.  Dunia yang memerlukan persiapan matang untuk melangkah ke dalamnya. Tidak hanya persiapan fisik dan materi, tapi juga persiapan mental dan spiritual.
Saudaraku …………
Pernikahan, bukanlah hanya pertemuan lahiriyah dua manusia dengan karakter yang sama, tapi ia merupakan pertemuan lahiriyah dan batiniyah dua insan berbeda jenis dengan beragam sifat dan karakter, pertemuan dua keluarga besar dengan perbedaan latar belakang. Sehingga peluang munculnya duri-duri dan kerikil tajam yang akan mengganggu nikmatnya perjalanan kalian juga terbuka lebar. Oleh karenanya, diperlukan kesabaran, keikhlasan dan pemahaman yang mendalam akan makna dari pernikahan. Bila nanti riak-riak  gelombang dan badai mulai deras melanda, perlu kiranya engkau menengok kembali tujuan awal dari pernikahan yang engkau bina.
Saudaraku ………….
Pernikahan bukanlah perjalanan wisata, yang hanya akan melalui taman indah penuh bunga berwarna-warni dengan kupu-kupu cantik beterbangan mengitari kuntumnya yang mekar merona. Bukan pula mengayuh sampan di telaga bening dengan airnya yang mengalir tenang.
Lebih dari itu, pernikahan merupakan perjuangan yang terkadang mesti melewati jalanan menanjak, sempit dan berliku tajam, di kanan kirinya jurang terjal yang setiap saat bisa membuat kita tergelincir bila tidak waspada. Pernikahan ibarat pelayaran di samudera luas menuju pulau harapan. Tidak selamanya ombaknya tenang, bintang gemintang terang bersinar, angin bertiup lembut menyejukkan. Ada masanya langit kelam tertutup awan menghitam, badai topan menerjang, ombak bergulung menghempaskan bahtera, hujan deras melanda diserta kilatan petir yang menyambar dan gemuruh suara guntur yang memekakkan telinga. Di saat itulah, kesabaran, ketabahan, kesungguhan dan komitmen kita sedang diuji. Tidak bisa semuanya itu dihadapi seorang diri. Tapi, diperlukan kerjasama dan saling pengertian di antara kalian berdua.
Saudaraku …………         
Satu hal yang tidak bisa engkau abaikan untuk menjaga keharmonisan dalam rumah tangga adalah komunikasi yang mesti terjalin dengan baik. Karena inilah kunci keharmonisan. Semua problema yang ada tidak akan pernah menjelma menjadi karang penghalang eratnya hubungan kalian. Keseriusanmu dalam menggapai cita tidak harus menghilangkan keindahan canda, Banyak permasalahan yang bisa diselesaikan dengan hati yang gembira karena canda, sebab pangkal persoalan sebenarnya adalah kurangnya komunikasi dan cara yang keliru dalam penyikapannya.
Saudaraku …………..
Pernikahan merupakan sarana untuk saling memperbaiki diri. Saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Saling menolong dalam mengerjakan kebaikan. Saling memperingatkan bila ada yang berbuat kealpaan. Sebab itulah, di saat kawan hidupmu tergelincir, segeralah engkau genggam erat jemarinya, sediakanlah bahumu untuk dijadikan sandaran, dan dengarkanlah bisik hatinya, tataplah bola matanya. Dan ucapkanlah sesuatu yang menyejukkan perasaannya. Tidak perlu malu untuk berpuitis-ria dan mengucapkan kata-kata yang romantis. Karena ini bukanlah hal yang tabu, dan bukan merupakan kelemahan kepribadian. Tapi ini satu bentuk kelembutan dalam diri yang bisa memenuhi kebutuhan akan rasa keindahan.
Saudaraku …………..
Tidak ada salahnya jika sekali waktu engkau bersikap lembut dan kekanak-kanakan. Jadilah engkau seperti anak kecil dihadapan istrimu, demikian kata sahabat umar ra. Karena ini akan semakin menambah kedekatan hati dengan belahan jiwamu. Kelembutan, tidak identik dengan kelemahan. Kelembutan akan menghasilkan sesuatu yang tidak dapat diraih dengan kekerasan. Karena itu, hadapilah segala permasalahan yang muncul dengan hati tenang. Siramlah api cemburu yang mungkin berkobar dengan air kejernihan hati. Redamlah marah tanpa sebab dengan mengingat segala kebaikannya.
Saudaraku ………………..
Sekali lagi, di hari yang bahagia ini, ijinkan aku sekedar mengucapkan “Baarakallaahu laka wabaaraka ‘alaika wajama’a bainakumaa fii khair”. Selamat memasuki dunia baru itu. Doaku kan selalu menyertai langkah kalian berdua. Dan kini, kau telah berhak untuk menyenandungkan nasyid ini:
            Kini berpadulah dua hati dalam mahligai cinta
            Ikatan nan agung sempurna sebagian agama
            Allah telah menghalalkanmu menjadi pendamping bagiku
           Dan kaupun tlah mengikhlaskanku menjadi pendampingmu

Sabtu, 31 Mei 2014

Ya...Akhi, Ya ...Ukhti ... Inilah Pengharapanku Padamu


Saat langkah tersendat di kehidupan
Letih karna debu kealpaan 
Wajah tak lagi pancarkan keimanan
Tertatih tiada tujuan
            Lembar demi lembar hari kulewati
Namun ketenangannya tiada pasti
Mencari kini tempat yang mencukupi
Tuk susun langkah yang lebih pasti
………………………………………….. ( Nuansa, Kembali ke Masjid )
Saudaraku …
Pernahkah hari – harimu seperti keadaan yang terlukiskan dalam bait nasyid di atas ? Pernahkah atau bahkan terlalu sering dirimu berada dalam kondisi kefuturan ?
Saudaraku ….
Kefuturan adalah sesuatu yang pasti akan menimpa setiap manusia. Siapapun itu. Setiap kita pasti akan mengalami kondisi dimana kebosanan pada rutinitas keseharian yang kita lakukan menjadi penghambat keceriaan dan keistiqomahan langkah kita dalam mengusung panji – panji kebesaran Islam. Kefuturan merupakan momok yang sangat menakutkan, terutama sekali bagi para aktivis dakwah. Karena tidak jarang para aktivis yang semula dikenal sangat bersemangat memperjuangkan tegaknya dien ini hilang dari peredaran, hanya karena tidak bisa bangkit manakala terpuruk dalam kefuturan.

Saudaraku ……

Harus kita akui, bahwa memang sangat berat untuk kembali bangkit dari kefuturan. Teramat berat. Karena kefuturan bagaikan candu, yang membuat manusia menjadi ingin dan terus ingin mengonsumsinya. Karena kefuturan selaras dan sejiwa dengan nafsu kita. Dan karena kefuturan lebih menjanjikan kebahagiaan yang siap saji daripada beraktivitas dalam dakwah yang masih samar keuntungan yang ditawarkan.
Saudaraku ….
Bagaimanapun beratnya, susahnya dan payahnya dalam menghidupkan kembali ghirah yang telah meredup cahyanya, kita mesti mencoba dan terus mencoba. Jangan sampai kita menyerah pada keadaan. Karena mudah menyerah bukanlah karakteristik seorang muslim. Ia adalah sifat khas dari kaum kafir. “ Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tiada yang berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir( Qs. Yusuf : 87 ).
Saudaraku ……..
Kefuturan adalah keniscayaan dalam sebuah rutinitas. Sehingga tidak perlu kita berlarut – larut dalam penyesalan. Namun yang lebih penting di sini adalah pada bagaimana penyikapan kita terhadap kefuturan itu sendiri. Bagaimana kita mampu memanfaatkan kondisi futur kita untuk mengisi bahan bakar, sehingga kereta dakwah kita akan lebih laju daripada sebelumnya. Sehingga langkah kita menjadi lebih berderap dan lebih mantap. Menjadi lebih rapi dan lebih pasti.
Saudaraku ……
Sekali lagi, memang teramat sulit untuk bangkit dari kefuturan. Dibutuhkan tenaga ekstra besar untuk melakukannya. Kekuatan internal dan kekuatan eksternal, itu yang kita perlukan. Kekuatan internal itu adalah niat yang ikhlas, komitmen yang tinggi dan azzam yang kuat untuk terus berjuang menegakkan kalimahNya. Sedangkan kekuatan eksternal, salah satu yang terpenting adalah dukungan dan sokongan dari saudara serta sahabat kita.
Saudaraku …….
Rasulullah pernah bersabda bahwasanya barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah suatu kebaikan , maka ia akan diberi teman yang shalih. Jika ia lupa maka akan diingatkan, dan jika ia ingat maka akan ditolong ( HR. Ahmad ).
Saudaraku …..
Tiada gading yang tak retak. Tak ada seorang manusiapun yang luput dari salah dan dosa. Sebagaimana juga yang disabdakan oleh Nabi tentang iman. Iman manusia terkadang naik, terkadang turun. Dan disinilah letak ke-manusia-an kita. Andai iman kita selalu tetap, maka kita sudah menjadi para malaikat suci penghuni langit. Ataupun iman kita yang selalu meningkat, mungkin akan ada rasul lagi bagi manusia sesudah Muhammad. But, that’s imposible. So, ketika antum melihat ana or saudara kita yang lain sedang berada dalam kefuturan, mengalami penurunan semangat, berbuat kealpaan, jangan segan - segan  untuk menegur dan mengingatkan. Karena inilah bentuk dari rasa cinta antum kepada kami. Jangan antum biarkan ana dan yang lain berada dalam kondisi ini.
Saudaraku …..
Ana harap antum semua adalah teman yang shalih itu. Orang – orang yang dijanjikan oleh Allah, yang akan selalu mengingatkan di kala lupa dan selalu siap menolong saudaranya di saat membutuhkan. Yang akan menjadi tiang penegak dalam rapuhku. Menjadi penguat dalam lelahku. Menjadi kawan dalam sendiriku. Menjadi pelipur dalam laraku.
…………………………………
Bersyukur kini  padaMu Illahi 
Teman yang dicari selama ini
Telah kutemui 
Dengannya di sisi perjuangan ini 
senang diharungi 
Bertambah murni kasih Illahi
…………………………………( Brothers : Teman sejati )

Mari Bermuhasabah, Saudaraku ...



Noktah hitam terlanjur bersarang dalam darahku
Ketika aku jauh melangkah
Noktah hitam pun kembali berdendang dalam jiwaku
Ketika aku jauh dari wajib-Mu
Dimanakah ketenangan-Mu ya Allah
Waktu jadi debu karna pikir sembilu
Dimanakah ketenangan-Mu ya Allah
……………………………………(Nuansa, Kembali Ke Masjid)

Ikhwani wa akhwati fillah….
Hari demi hari tlah kita lalui. Sudah sekian jauh tapak-tapak kecil kaki ini melangkah menelusuri lorong-lorong kehidupan. Dengan setumpuk amanah yang mesti kita tunaikan. Dan kami yakin, dalam perjalanan kita di dunia ini, segalanya tidaklah seindah yang dibayangkan. Betapa banyak tikungan dan persimpangan yang sering membingungkan. Bahkan terkadang jalan yang harus kita lewati adalah jalan yang berbatu terjal, penuh duri, sempit dikelilingi jurang yang dalam. Meski yang kita harapkan adalah jalan yang mulus,  di kanan kirinya ada taman penuh bunga berwarna-warni, dengan kupu-kupu cantik yang ramai menghampiri. Sebab sudah merupakan sunnatullah, dimana ada al haq, pasti di situ ada al batil yang selalu berusaha menghalangi dan memadamkan cahaya Allah.
Ikhwani wa akhwati fillah …..
Perjalanan panjang yang sedang kita tempuh ini memiliki karakter yang memungkinkan orang-orang yang meniti jalannya mengalami kejenuhan apabila tidak memiliki kekokohan pijakan, tsabat (teguh pendirian), lemahnya semangat jihad, pengorbanan, ketaatan yang setengah hati, ukhuwah sebatas teori tanpa aplikasi, tidak adanya tajarrud (totalitas), keikhlasan yang masih menjadi barang langka serta amal yang tidak sebanding dengan apa yang diucapkan. Dan semuanya ini bermula dari tidak terpenuhinya rukun bai’at yang pertama, yang menjadi dasar dari segala amal kita. Al Fahm. Kepahaman terhadap manhaj dakwah. Karakter dakwah kita adalah masanya yang lama, dan tidak berhenti hanya pada satu generasi, panjang tahapannya serta banyak tantangannya. Sehingga bagi orang yang lemah azzam (tekad)nya dan tidak  memiliki perbekalan yang cukup, maka saat melewati jalan terjal, mungkin akan berputus asa, tidak mau lagi meneruskan perjalanan disebabkan merasa tidak kuat lagi menanggung kelelahan dan kesulitan yang menghadang. Mereka trauma dengan goresan luka kecil akibat tersayat batu runcing yang mengalirkan darah meski hanya setetes. Merasa sudah cukup dengan pengorbanan yang telah diberikan di jalan dakwah ini, dan sekarang saatnya untuk beristirahat. Atau manakala melihat taman bunga yang sangat indah di sepanjang perjalanannya, mereka menjadi terlena dan melupakan tujuan utama dari perjalanan panjang yang sedang ditempuh. Untuk itulah, ada saatnya kita perlu berhenti sejenak merenungkan kembali tujuan hidup kita. Kita lihat kembali perbekalan yang ada, sudahkah mencukupi untuk perjalanan panjang ini? Masihkah kita berada di atas jalur yang benar ? Seberapa jauh jarak yang telah kita tempuh? Rintangan-rintangan apa yang menjadi penyebab lambannya laju kita? Suplemen apa yang mesti kita ‘minum’ agar stamina tetap bugar dan semangat tetap terjaga?
Ikhwah fillah …..
Sungguh, semua badai cobaan dan rintangan yang menerpa kita, sangat berpotensi untuk menumbuhkan kekecewaan, keputusasaan dan keterpurukan dari jalan dakwah ini. Karena itu dibutuhkan sebuah kekuatan besar yang mampu melawan itu semua. Kekuatan yang mampu menjadi benteng kekokohan jiwa kita. Dan kekuatan besar itu adalah kekuatan Ruhani. Kekuatan yang berasal dari dalam diri sebagai buah dari kedekatan kita dengan Yang Maha Perkasa. Dengan kekuatan ruhani dan maknawi inilah kita akan mampu menghadapi guncangan yang menerpa, sebesar apapun itu.
Ikhwah fillah ……
Salah satu cara untuk mendapatkan kekuatan ruhaniyah adalah dengan menjaga amalan harian kita. Dan salah satu upaya untuk menjaga amalan harian kita adalah dengan melakukan mutaba’ah harian. Luangkanlah sejenak barang lima belas menit saja sesaat sebelum tidur untuk mengisi lembaran mutaba’ah harian, karena dengan melakukannya secara rutin insya Allah semua yang kita kerjakan akan terpantau dengan baik, dan menjadi pemicu semangat kita untuk menjadi lebih baik lagi dari waktu ke waktu.
Sungguh bijak nasihat dari sahabat Umar ra, agar kita menghisab diri sebelum dihisab orang lain, dan menghitung-hitung semua amalan kita sebelum kita dihitung nanti di alam mahsyar, karena sekarang masih ada kesempatan bagi kita untuk segera memperbaikinya. “Haasibuu anfusakum qabla antuhaasabuu wazinuu a’maalakum qabla antuuzana ‘alaikum”. Hisablah dirimu sebelum engkau dihisab, timbanglah amal perbuatanmu sendiri sebelum ia ditimbang.
Ikhwah fillah ……….
Semoga, dengan lembaran mutaba’ah yang selalu kita isi akan mampu membuat kita menginstrospeksi diri, sehingga diri kita terjaga dari segala bentuk kemaksiatan, dari noktah-noktah hitam yang akan menutupi hati dari pancaran nur Illahi, Dan marilah kita selalu memohon kepada Allah agar kita diteguhkan di jalan dakwah ini, diberikan kekuatan untuk selalu berada dalam ketaatan. Laa haula walaa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil adziim. Tidak ada daya dan kekuatan untuk bisa terhindar dari maksiat dan kuat beribadah kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Agung. Sehingga, berbekal kedekatan kita dengan Yang Maha Memiliki Kekuatan dan pertolongan dariNya-lah  akhirnya kita akan mendapatkan kekuatan besar itu, kekuatan ruhaniyah. Dengan demikian, kita akan tetap  tegar menghadapi semua cobaan. Takkan goyah oleh terpaan badai ujian. Tetap tegak menatap masa depan. Tetap lantang menyuarakan kebenaran. Tetap semangat mengusung panji keadilan. Tetap istiqamah bersama barisan dakwah, melaju bersama kereta dakwah yang bernama Partai Keadilan Sejahtera.


tulisan lama, saat masih kuliah dulu...