Noktah hitam
terlanjur bersarang dalam darahku
Ketika aku
jauh melangkah
Noktah hitam
pun kembali berdendang dalam jiwaku
Ketika aku
jauh dari wajib-Mu
Dimanakah
ketenangan-Mu ya Allah
Waktu jadi
debu karna pikir sembilu
Dimanakah
ketenangan-Mu ya Allah
……………………………………(Nuansa, Kembali Ke Masjid)
Ikhwani wa akhwati fillah….
Hari demi hari tlah kita lalui. Sudah sekian jauh tapak-tapak
kecil kaki ini melangkah menelusuri lorong-lorong kehidupan. Dengan setumpuk
amanah yang mesti kita tunaikan. Dan kami yakin, dalam perjalanan kita di dunia
ini, segalanya tidaklah seindah yang dibayangkan. Betapa banyak tikungan dan
persimpangan yang sering membingungkan. Bahkan terkadang jalan yang harus kita
lewati adalah jalan yang berbatu terjal, penuh duri, sempit dikelilingi jurang
yang dalam. Meski yang kita harapkan adalah jalan yang mulus, di kanan kirinya ada taman penuh bunga
berwarna-warni, dengan kupu-kupu cantik yang ramai menghampiri. Sebab sudah
merupakan sunnatullah, dimana ada al haq, pasti di situ ada al batil yang
selalu berusaha menghalangi dan memadamkan cahaya Allah.
Ikhwani wa akhwati fillah …..
Perjalanan panjang yang sedang kita tempuh ini memiliki karakter
yang memungkinkan orang-orang yang meniti jalannya mengalami kejenuhan apabila
tidak memiliki kekokohan pijakan, tsabat (teguh pendirian), lemahnya semangat
jihad, pengorbanan, ketaatan yang setengah hati, ukhuwah sebatas teori tanpa
aplikasi, tidak adanya tajarrud (totalitas), keikhlasan yang masih menjadi
barang langka serta amal yang tidak sebanding dengan apa yang diucapkan. Dan
semuanya ini bermula dari tidak terpenuhinya rukun bai’at yang pertama, yang
menjadi dasar dari segala amal kita. Al Fahm. Kepahaman terhadap manhaj dakwah.
Karakter dakwah kita adalah masanya yang lama, dan tidak berhenti hanya pada
satu generasi, panjang tahapannya serta banyak tantangannya. Sehingga bagi
orang yang lemah azzam (tekad)nya dan tidak
memiliki perbekalan yang cukup, maka saat melewati jalan terjal, mungkin
akan berputus asa, tidak mau lagi meneruskan perjalanan disebabkan merasa tidak
kuat lagi menanggung kelelahan dan kesulitan yang menghadang. Mereka trauma
dengan goresan luka kecil akibat tersayat batu runcing yang mengalirkan darah
meski hanya setetes. Merasa sudah cukup dengan pengorbanan yang telah diberikan
di jalan dakwah ini, dan sekarang saatnya untuk beristirahat. Atau manakala melihat
taman bunga yang sangat indah di sepanjang perjalanannya, mereka menjadi
terlena dan melupakan tujuan utama dari perjalanan panjang yang sedang ditempuh.
Untuk itulah, ada saatnya kita perlu berhenti sejenak merenungkan kembali
tujuan hidup kita. Kita lihat kembali perbekalan yang ada, sudahkah mencukupi
untuk perjalanan panjang ini? Masihkah kita berada di atas jalur yang benar ? Seberapa
jauh jarak yang telah kita tempuh? Rintangan-rintangan apa yang menjadi
penyebab lambannya laju kita? Suplemen apa yang mesti kita ‘minum’ agar stamina
tetap bugar dan semangat tetap terjaga?
Ikhwah fillah …..
Sungguh, semua badai cobaan dan rintangan yang menerpa kita,
sangat berpotensi untuk menumbuhkan kekecewaan, keputusasaan dan keterpurukan
dari jalan dakwah ini. Karena itu dibutuhkan sebuah kekuatan besar yang mampu
melawan itu semua. Kekuatan yang mampu menjadi benteng kekokohan jiwa kita. Dan
kekuatan besar itu adalah kekuatan Ruhani. Kekuatan yang berasal dari dalam
diri sebagai buah dari kedekatan kita dengan Yang Maha Perkasa. Dengan kekuatan
ruhani dan maknawi inilah kita akan mampu menghadapi guncangan yang menerpa,
sebesar apapun itu.
Ikhwah fillah ……
Salah satu cara untuk mendapatkan kekuatan ruhaniyah adalah dengan
menjaga amalan harian kita. Dan salah satu upaya untuk menjaga amalan harian
kita adalah dengan melakukan mutaba’ah harian. Luangkanlah sejenak barang lima
belas menit saja sesaat sebelum tidur untuk mengisi lembaran mutaba’ah harian,
karena dengan melakukannya secara rutin insya Allah semua yang kita kerjakan
akan terpantau dengan baik, dan menjadi pemicu semangat kita untuk menjadi
lebih baik lagi dari waktu ke waktu.
Sungguh bijak nasihat dari sahabat Umar ra, agar kita menghisab
diri sebelum dihisab orang lain, dan menghitung-hitung semua amalan kita
sebelum kita dihitung nanti di alam mahsyar, karena sekarang masih ada
kesempatan bagi kita untuk segera memperbaikinya. “Haasibuu anfusakum qabla antuhaasabuu wazinuu a’maalakum qabla
antuuzana ‘alaikum”. Hisablah dirimu sebelum engkau dihisab, timbanglah
amal perbuatanmu sendiri sebelum ia ditimbang.
Ikhwah fillah ……….
Semoga, dengan lembaran mutaba’ah yang selalu kita isi akan mampu
membuat kita menginstrospeksi diri, sehingga diri kita terjaga dari segala
bentuk kemaksiatan, dari noktah-noktah hitam yang akan menutupi hati dari
pancaran nur Illahi, Dan marilah kita selalu memohon kepada Allah agar kita
diteguhkan di jalan dakwah ini, diberikan kekuatan untuk selalu berada dalam
ketaatan. Laa haula walaa quwwata illaa
billaahil ‘aliyyil adziim. Tidak ada daya dan kekuatan untuk bisa terhindar
dari maksiat dan kuat beribadah kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha
Agung. Sehingga, berbekal kedekatan kita dengan Yang Maha Memiliki Kekuatan dan
pertolongan dariNya-lah akhirnya kita
akan mendapatkan kekuatan besar itu, kekuatan ruhaniyah. Dengan demikian, kita
akan tetap tegar menghadapi semua
cobaan. Takkan goyah oleh terpaan badai ujian. Tetap tegak menatap masa depan.
Tetap lantang menyuarakan kebenaran. Tetap semangat mengusung panji keadilan.
Tetap istiqamah bersama barisan dakwah, melaju bersama kereta dakwah yang
bernama Partai Keadilan Sejahtera.
tulisan lama, saat masih kuliah dulu...
tulisan lama, saat masih kuliah dulu...

Tidak ada komentar:
Posting Komentar