Sabtu, 31 Mei 2014

Mari Bermuhasabah, Saudaraku ...



Noktah hitam terlanjur bersarang dalam darahku
Ketika aku jauh melangkah
Noktah hitam pun kembali berdendang dalam jiwaku
Ketika aku jauh dari wajib-Mu
Dimanakah ketenangan-Mu ya Allah
Waktu jadi debu karna pikir sembilu
Dimanakah ketenangan-Mu ya Allah
……………………………………(Nuansa, Kembali Ke Masjid)

Ikhwani wa akhwati fillah….
Hari demi hari tlah kita lalui. Sudah sekian jauh tapak-tapak kecil kaki ini melangkah menelusuri lorong-lorong kehidupan. Dengan setumpuk amanah yang mesti kita tunaikan. Dan kami yakin, dalam perjalanan kita di dunia ini, segalanya tidaklah seindah yang dibayangkan. Betapa banyak tikungan dan persimpangan yang sering membingungkan. Bahkan terkadang jalan yang harus kita lewati adalah jalan yang berbatu terjal, penuh duri, sempit dikelilingi jurang yang dalam. Meski yang kita harapkan adalah jalan yang mulus,  di kanan kirinya ada taman penuh bunga berwarna-warni, dengan kupu-kupu cantik yang ramai menghampiri. Sebab sudah merupakan sunnatullah, dimana ada al haq, pasti di situ ada al batil yang selalu berusaha menghalangi dan memadamkan cahaya Allah.
Ikhwani wa akhwati fillah …..
Perjalanan panjang yang sedang kita tempuh ini memiliki karakter yang memungkinkan orang-orang yang meniti jalannya mengalami kejenuhan apabila tidak memiliki kekokohan pijakan, tsabat (teguh pendirian), lemahnya semangat jihad, pengorbanan, ketaatan yang setengah hati, ukhuwah sebatas teori tanpa aplikasi, tidak adanya tajarrud (totalitas), keikhlasan yang masih menjadi barang langka serta amal yang tidak sebanding dengan apa yang diucapkan. Dan semuanya ini bermula dari tidak terpenuhinya rukun bai’at yang pertama, yang menjadi dasar dari segala amal kita. Al Fahm. Kepahaman terhadap manhaj dakwah. Karakter dakwah kita adalah masanya yang lama, dan tidak berhenti hanya pada satu generasi, panjang tahapannya serta banyak tantangannya. Sehingga bagi orang yang lemah azzam (tekad)nya dan tidak  memiliki perbekalan yang cukup, maka saat melewati jalan terjal, mungkin akan berputus asa, tidak mau lagi meneruskan perjalanan disebabkan merasa tidak kuat lagi menanggung kelelahan dan kesulitan yang menghadang. Mereka trauma dengan goresan luka kecil akibat tersayat batu runcing yang mengalirkan darah meski hanya setetes. Merasa sudah cukup dengan pengorbanan yang telah diberikan di jalan dakwah ini, dan sekarang saatnya untuk beristirahat. Atau manakala melihat taman bunga yang sangat indah di sepanjang perjalanannya, mereka menjadi terlena dan melupakan tujuan utama dari perjalanan panjang yang sedang ditempuh. Untuk itulah, ada saatnya kita perlu berhenti sejenak merenungkan kembali tujuan hidup kita. Kita lihat kembali perbekalan yang ada, sudahkah mencukupi untuk perjalanan panjang ini? Masihkah kita berada di atas jalur yang benar ? Seberapa jauh jarak yang telah kita tempuh? Rintangan-rintangan apa yang menjadi penyebab lambannya laju kita? Suplemen apa yang mesti kita ‘minum’ agar stamina tetap bugar dan semangat tetap terjaga?
Ikhwah fillah …..
Sungguh, semua badai cobaan dan rintangan yang menerpa kita, sangat berpotensi untuk menumbuhkan kekecewaan, keputusasaan dan keterpurukan dari jalan dakwah ini. Karena itu dibutuhkan sebuah kekuatan besar yang mampu melawan itu semua. Kekuatan yang mampu menjadi benteng kekokohan jiwa kita. Dan kekuatan besar itu adalah kekuatan Ruhani. Kekuatan yang berasal dari dalam diri sebagai buah dari kedekatan kita dengan Yang Maha Perkasa. Dengan kekuatan ruhani dan maknawi inilah kita akan mampu menghadapi guncangan yang menerpa, sebesar apapun itu.
Ikhwah fillah ……
Salah satu cara untuk mendapatkan kekuatan ruhaniyah adalah dengan menjaga amalan harian kita. Dan salah satu upaya untuk menjaga amalan harian kita adalah dengan melakukan mutaba’ah harian. Luangkanlah sejenak barang lima belas menit saja sesaat sebelum tidur untuk mengisi lembaran mutaba’ah harian, karena dengan melakukannya secara rutin insya Allah semua yang kita kerjakan akan terpantau dengan baik, dan menjadi pemicu semangat kita untuk menjadi lebih baik lagi dari waktu ke waktu.
Sungguh bijak nasihat dari sahabat Umar ra, agar kita menghisab diri sebelum dihisab orang lain, dan menghitung-hitung semua amalan kita sebelum kita dihitung nanti di alam mahsyar, karena sekarang masih ada kesempatan bagi kita untuk segera memperbaikinya. “Haasibuu anfusakum qabla antuhaasabuu wazinuu a’maalakum qabla antuuzana ‘alaikum”. Hisablah dirimu sebelum engkau dihisab, timbanglah amal perbuatanmu sendiri sebelum ia ditimbang.
Ikhwah fillah ……….
Semoga, dengan lembaran mutaba’ah yang selalu kita isi akan mampu membuat kita menginstrospeksi diri, sehingga diri kita terjaga dari segala bentuk kemaksiatan, dari noktah-noktah hitam yang akan menutupi hati dari pancaran nur Illahi, Dan marilah kita selalu memohon kepada Allah agar kita diteguhkan di jalan dakwah ini, diberikan kekuatan untuk selalu berada dalam ketaatan. Laa haula walaa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil adziim. Tidak ada daya dan kekuatan untuk bisa terhindar dari maksiat dan kuat beribadah kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Agung. Sehingga, berbekal kedekatan kita dengan Yang Maha Memiliki Kekuatan dan pertolongan dariNya-lah  akhirnya kita akan mendapatkan kekuatan besar itu, kekuatan ruhaniyah. Dengan demikian, kita akan tetap  tegar menghadapi semua cobaan. Takkan goyah oleh terpaan badai ujian. Tetap tegak menatap masa depan. Tetap lantang menyuarakan kebenaran. Tetap semangat mengusung panji keadilan. Tetap istiqamah bersama barisan dakwah, melaju bersama kereta dakwah yang bernama Partai Keadilan Sejahtera.


tulisan lama, saat masih kuliah dulu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar